Jumat, 19 September 2008

gunung...., GANASkah?

3 orang lagi jadi korban “indahnya” gunung Bawakaraeng. Entah karena apa, namun yang pasti mereka pergi dengan berselimut kabut dan ditemani oleh hujan dan badai dalam suhu dibawah +10 0C, di ketinggian 2043 mdpl.

Namun, tragedy itu telah membuktikan bahwa apa yang didapat di alam bebas memang tidak didapatkan dipergaulan dalam KOTA. Yah… pelajaran yang didapatkan para pendaki gunung untuk saling membantu dan mendukung, baik itu dalam kesenangan maupun dalam menyambut kematian. Mereka tidak rela meninggalkan satu orang pun dalam dekapan gunung, meski mereka baru kenal hari itu juga.

Tidak peduli label atau merk apa yang masing-masing mereka bawa, namun dalam hal ini mereka adalah satu. Menyelamatkan nyawa, badan atau nama diatas persaudaraan.

Makasih, kawan.
Kau ajarkan lagi pada mereka tentang apa yang menjadi HATI dalam kegiatan-kegiatan yang berdampingan dengan MAUT.

Minggu, 17 Agustus 2008

HELM pun bisa....!!!

Bersyukur, diantara "mereka2", masih ada yang memang benar-benar "orang Indonesia", seperti yang berangkat bersama saya (saya berangkat 4 orang), meski tak ada media kain sebagai lambang Negara, helm juga sudah cukup bisa menggantikan media itu.

Yang penting ada MERAH PUTIH, tidak pandang itu di kota atau digunung, kita patut menghormatinya, apalagi pada tanggal 17 Agustus yang penuh dengan hujan dan badai seperti kemarin.

Gunung Bawakaraeng, 17 Agustus 2008

Kamis, 14 Agustus 2008

SAMA-SAMA MERDEKA

kemarin kita kibarkan SANG MERAH PUTIH dipuncak sama-sama, kawan. Kemarin kita menyanyikan lagu INDONESIA RAYA, sambil meneriakkan “MERDEKA….!!” dipuncak gunung ini, juga sama-sama, kawan. Kita khusyuk dalam “seremonial” yang kita ciptakan sendiri, namun itu lebih menyentuh hati (mungkin…) daripada dilaksanakan dengan “oknum” yang sama-sama mengaku orang Indonesia.

Akankah hari ini, kita nikmati hadiah itu, sama dengan hari kemarin bila Indonesia “kita” tidak sama-sama lagi dengan yang kemarin-kemarin?.


Biarlah Indonesia “mereka” penuh dengan orang-orang yang ego sehingga ogah memikirkan nama dan karakter Indonesia yang merupakan hadiah dari kawan-kawan tempo doeloe, yang penuh dengan kegiatan-kegiatan “pembelajaran” baik itu demokrasinya; democrazy-nya maupun cara menghidupi diri sendiri dengan membiarkan sebangsa sendiri kelaparan dan menderita.


Sayang sekali memang, karena kata “emang gue pikirin”, belum pernah kita aplikasikan. Sebab kapan itu kita kerjakan, maka kitalah yang akan memimpin Indonesia menuju ke gerbang kemerdekaan bagi kaum-kaum kapitalis. Dan sudah pasti Indonesia sekarang dan akan datang tidak lagi akan sama-sama


MERDEKA…….!!!!

Minggu, 03 Agustus 2008

GEJOLAK warisan, WARISAN gejolak

akhir-akhir ini, disegala penjuru Tanah Air(ku) mulai ramai dengan umbul2 dan bendera2 kecil yg berwarna merah dan putih..... (artinya apa ya......?)

segala penjuru penuh dengan nuansa Dwi Warna ini, bahkan beberapa orang miskin yang punya HP, juga sudah pasang gambar dngn embel2 Dwi Warna ini.....

entah ini bagian dari seremonial tahunan bangsa(ku), atau warisan "kerjaan" dari buah kemerdekaan yg katanya usaha "kawan-kawan" tempo doeloe.

itu belum termasuk dngn kesibukan2 fisik yang melibatkan anak bangsa(t), mulai dari bawah umur sampai umur "tak terjangkau".

namun dalam perayaan ini (kalo ini dianggap "perayaan"), ada satu kekurangan atau mungkin pantas kalo dibahasakan kekurang ajaran, yaitu adanya semacam paksaan, baik itu ditingkat masyarakat maupun tingkat instansi untuk wajib ambil bagian dalam "perayaan" ini, tanpa mengikut sertakan usaha pemahaman tentang "apa, kenapa dan karena apa" kegiatan ini dilaksanakan.....

semua turut ambil bagian.., memang.....
semau jadi peserta......, bagus.......

tapi apakah mereka paham dengan arti "penjajahan"......?
tapi apakan mereka paham dengan arti "perjuangan".....?
tapi apakah mereka paham dengan arti "kemenangan".....?
tapi apakah mereka paham dengan arti "MERDEKA".....?

ternyata, ketika blogger bertanya, "kenapa ikut lomba ini, dik?"
mereka menjawab, "disuruh ibu guru....."
Lho.....????!!!!!
Ha...ha...ha...ha...

Jumat, 01 Agustus 2008

DE' GAGA JAGO

entah apa yang terjadi hari ini.
tapi yang pasti, hari ini saya ketemu dengan orang-orang yang "JAGO"
huuwweeeeeee.........( mau muntah )

yaa.., setidaknya itu menambah "isi otak" tentang INDONESIAku, kalo yang terjadi hari ini mungkin tdk jauh beda dengan yang dialami "kawan-kawan" tempo doeloe, tapi bedanya, dulu dari luar INDONESIA yang "merasa" jago...., sekarang dari "habitat" sendiri yang "jadi" jago.

tidak sadar klo ternyata mereka jadi PENJAJAH di negeri sendiri.
tidak sadar klo ternyata mereka belum MERDEKA dari rasa "JAGO"nya...

pantas saja kalo tersebar sticker2 yang bertuliskan "DE' GAGA JAGO", yang merupakan seruan perdamaian bahwa mereka ingin keadilan. tapi karena ulah penjajah dalam negeri, justru tulisan ini yang di"tindas" kembali menjadi "DE' GAGA JAGO, IYA BAWANG"
hehehe......., takuuuuuuut

Minggu, 27 Juli 2008

Jumat, 18 Juli 2008

BENCANAKU BENCANAMU, BENCANAMU .....?!

Heran….., Indonesia disebut Negara besar karena apanya ya…….?

Kaget……, Indonesia terkenal juga karena apanya ya………..?
Takjub….., menurut lagu, Indonesia adalah Negara makmur…..
Puiihhh………..,

Untung ada JURnalCelebes yang program kerjanya dibawa “keliling”, sehingga mulailah “agak” terjawab pertanyaan diatas.

Ternyata, Indonesia besar karena BENCANA yang masuk dalam rangking “besar” di Asia,
Ternyata, Indonesia terkenal karena BENCANA yang juga cukup “terkenal” di Aceh,
Dan ternyata……….., Indonesia termasuk gudang BENCANA di dunia untuk dekade trakhir ini…

HAHAHAHA…………, thanks for JURnalCelebes & Oxfam

Meski ragu, tapi kedatangan kawan2 dari wakil JURnalCelebes, WALHI dan Oxfam sudah membuktikan bahwa dari sekian rakus, eh sekian ratus pencinta lingkungan di Indonesia, ternyata masih ada segelintir diantaranya yang memang peduli dengan lingkungan, dengan aplikasi yang berbeda-beda.

Bagi yang hadir di Benteng Balangnipa Sinjai, hari itu, kehadiran beliau2 cukup membuka wawasan kawan2 akan pentingnya bekerja sama dalam hal pengurangan resiko bencana yang juga cukup melibatkan kerusakan lingkungan sebagai salah satu “tersangka”. J

Jadi….., untuk lebih jelasnya, hubungi sendirimi “beliau-beliau” di jurnalcelebes.org atau lewat email : jcelebes@yahoo.com

Daaaggggghhhhh…………….

Indonesia…. indondesia….., kacaumu deehhhh…..

Senin, 02 Juni 2008

HLHS


BANGKIT itu....,

tidak membuat Indonesia
makin BINGUNG...

HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA

SELAMAT HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA,

kemarin, terjadi bencana dimana-mana. yang dikambinghitamkan adalah mulai rusaknya struktur kekebalan dari system atmosfer bumi yang dibahasakan sebagai global warming.....

pemerintah sendiri menciptakan program-program untuk pelestarian alam (he..he..)
tapi mereka tidak sadar....., kalau selama mereka belum bisa belajar berjalan kaki sehari saja, dijamin program itu hanya untuk menghabiskan anggaran agar dapat dikatakan (seolah-olah) mereka turut ambil bagian dalam pelestarian alam .

akhirnya...?
program juga asal program...
yang penting jalan.............., berguna tidak berguna, yang penting terlaksana...
puihhhh.......

Rabu, 30 April 2008

Ujung Kupang ....???!!

Kenapa harus Ujung Kupang yah..?
sebaiknya yang ada dekat-dekat dulu, misalnya Pulau 9 atau tuh wisata mangrove.
bukankah kota akan berkembang sendiri kalo kota itu sudah padat...?!
lagian jauhhh.....
yang dekat saja tidak diurus, gimana yang jauh...
Asal adami .... : )

Minggu, 27 April 2008

yang pasti bukan saya

kadang saya ragu, kadang saya kecewa, tapi itu tak menyurutkan niatku untuk tetap berdiri dan berbuat.
karena saya tau, sebagian besar pemimpin di Indonesia adalah PENGECUT.

coba2 berkarya

bila Sinjai seperti ini...?

Sabtu, 26 April 2008

wisata sinjai ....???

wisata bawah laut Sinjai

Kabupaten Sinjai yang dari segi geografis sangat menunjang untuk pengembangan pariwisata ternyata masih kurang professional dalam hal penggarapannya. Hal ini nampak dengan tempat-tempat wisata Sinjai hanya menarik wisatawan lokal atau masyarakat yang berdiam disekitar lokasi tersebut.

Memang disadari bahwa untuk mengembangkan kawasan wisata tidak semudah dengan membaca struktur kerja dan presentase didepan umum, namun setidaknya kita dapat mencoba mengembangkan kawasan wisata yang sudah ada sekarang menjadi lebih menarik atau tidak sama sekali. Hal ini menjadi wacana yang dilematis mengingat PAD kabupaten Sinjai diharapkan sebagian dari pengelolaan kawasan wisata tersebut.

Dinas Pariwisata sendiri telah menelurkan brosur atau katalog pariwisata Sinjai, namun hanya sampai pada dinas dan instansi lingkup pemerintahan Sinjai atau hanya dipajang pada saat pameran yang bersifat insidental. Sedangkan dalam promosi wisata, sudah merupakan kewajiban untuk secara terus menerus melakukan publikasi dan sosialisasi, kalo perlu sampai jenjang internasional : )

Tentu kita tidak ingin seperti yang terjadi di Tanjung Bira, Bulukumba, yang ternyata hanyalah sebuah tempat yang ‘dipaksa’ untuk menjadi tempat wisata yang akhirnya membuat ‘malu’ nama Bulukumba karena pengembangannya tidak melalui studi kelayakan dari segi struktur masyarakat bulukumba dimana wisatawan yang katanya ‘porno aksi’ (memang begitulah wisatawan pantai) ternyata tidak disenangi, malah diburu dan diusir oleh masyarakat sekitar.

Di Kabupaten Selayar, Sulsel (Taka Bonerate, Appatana) dan Sulawesi Tenggara (Wakatobi), khusunya wisata bawah air atau wisata bawah laut atau apapun namanya ternyata dikembangkan sendiri oleh “bule” yang awalnya hanya berstatus sebagai touris saja. Pertanyaannya sekarang dari mana sehingga touris tersebut bias mengenal dan tahu bahwa ada Selayar maupun Wakatobi? Jelas dari teknik pemasaran wisata yang dilakukan oleh daerah-daerah tersebut yang tidak lain adalah dengan publikasi yang tidak tanggung-tanggung hingga keluar negeri.

Jadi persoalan sekarang, Sinjai bisa tidak melaksanakan teknik tersebut untuk perkembangan wisata? Saya yakin Kadis Pariwisata mempunyai kemauan untuk itu, tapi jangan hanya MAU dan MAU saja…… (Y-K)


SUSUR RIMBA, kenapa tidak…?!!!

SUSUR RIMBA, kenapa tidak…?!!!

Dunia petualangan memang tak pernah mati. Jika sebuah kegiatan petualangan sudah habis masa trend-nya, maka para petualang akan mencari kegiatan petualangan jenis baru yang sifatnya lebih menantang dan jelas lebih gila-gilaan. Different is beauty, itulah kira-kira sebuah kalimat yang bisa mewakili prinsip komunitas ini.

Banyak jenis kegiatan yang sifatnya menantang atau lebih sering dikatakan kegiatan cari mati. Diantara kegiatan alam bebas yang menantang, salah satunya adalah kegiatan Susur Rimba. Berbeda dengan kegiatan pendakian gunung yang lebih mengutamakan Power and Hard Tools, kegiatan ini sangat mengutamakan skill atau pengetahuan tentang kehutanan, geografi, botani dan ilmu medan.

Susur rimba sendiri bermula dari adanya tradisi beberapa kelompok petualang bule yang sering melakukan ekspedisi ke berbagai belantara dunia seperti hutan Amazone dan hutan Afrika lainnya. Selain untuk memenuhi hobi berpetualang mereka juga melakukan proyek penyelamatan flora dan fauna yang ada dihutan-hutan tersebut.

Di Indonesian, meskipun kegiatan ini secara khusus belum begitu dikenal oleh para aktivis petualang namun ada beberapa orang atau kelompok yang sudah melakukannya. Sebut saja para kelompok pencinta alam yang ada di Sinjai dimana susur rimba sudah jadi bagian dari setiap kegiatannya. Hal ini sangat wajar melihat situasi alam yang sebagian besar adalah kawasan hutan pada daerah selatan, tengah dan barat kabupaten sinjai.

Susur rimba yang bagi orang awam adalah aksi sia-sia, namun dalam kegiatan ini banyak hal menarik yang bisa ditemukan, misalnya spesies flora dan fauna yang belum pernah terlihat sebelumnya atau gua serta air terjun yang sangat indah, yang dapat dijadikan media untuk menambah pengetahuan diluar kampus pendidikan.

Terlepas dari motivasi sebagai pegiat alam bebas, memang hobi yang terbilang menyedot nyali ini tidak bisa dianggap ringan. Persiapan yang matang dengan disertai keterampilan petualangan seperti survival, ilmu botani, panjat tebing dan navigasi yang menunjang bisa memberikan kepercayaan diri untuk menekuninya. Tapi bukan berarti dengan segala kemampuan itu harus membuat Forester (penempuh rimba) bersikap sok dan menyepelekan hutan tertentu, seolah-olah mampu menaklukkannya dengan mudah, seperti yang pernah terjadi di kawasan pegunungan Latimojong dimana pendaki gunung yang kesasar hingga melibatkan banyak tim pencari diantaranya Brimob Polda Sul-Sel, Rider Linud 700 BS, BASARNAS dan kelompok-kelompok pencinta alam adalah orang-orang yang telah dibekali ilmu kegiatan alam bebas.

Dalam kegiatan susur rimba, perhatian dan dukungan pemerintah juga sangat dibutuhkan agar apa yang menjadi tujuan para Forester selain mencari tantangan, dalam kegiatan ini masih banyak yang bisa dikerjakan seperti pendataan, inventarisasi kawasan, flora dan fauna sehingga dapat bermanfaat seperti yang diinginkan.

Walau penuh dengan tantangan yang mungkin saja berdekatan dengan maut, tapi bila kita sudah merasa siap lahir batin, kenapa tidak mencoba?. WELL COME TO THE JUNGLE WITH THE FUNNY GAMES. (YG)