Sabtu, 26 April 2008

wisata sinjai ....???

wisata bawah laut Sinjai

Kabupaten Sinjai yang dari segi geografis sangat menunjang untuk pengembangan pariwisata ternyata masih kurang professional dalam hal penggarapannya. Hal ini nampak dengan tempat-tempat wisata Sinjai hanya menarik wisatawan lokal atau masyarakat yang berdiam disekitar lokasi tersebut.

Memang disadari bahwa untuk mengembangkan kawasan wisata tidak semudah dengan membaca struktur kerja dan presentase didepan umum, namun setidaknya kita dapat mencoba mengembangkan kawasan wisata yang sudah ada sekarang menjadi lebih menarik atau tidak sama sekali. Hal ini menjadi wacana yang dilematis mengingat PAD kabupaten Sinjai diharapkan sebagian dari pengelolaan kawasan wisata tersebut.

Dinas Pariwisata sendiri telah menelurkan brosur atau katalog pariwisata Sinjai, namun hanya sampai pada dinas dan instansi lingkup pemerintahan Sinjai atau hanya dipajang pada saat pameran yang bersifat insidental. Sedangkan dalam promosi wisata, sudah merupakan kewajiban untuk secara terus menerus melakukan publikasi dan sosialisasi, kalo perlu sampai jenjang internasional : )

Tentu kita tidak ingin seperti yang terjadi di Tanjung Bira, Bulukumba, yang ternyata hanyalah sebuah tempat yang ‘dipaksa’ untuk menjadi tempat wisata yang akhirnya membuat ‘malu’ nama Bulukumba karena pengembangannya tidak melalui studi kelayakan dari segi struktur masyarakat bulukumba dimana wisatawan yang katanya ‘porno aksi’ (memang begitulah wisatawan pantai) ternyata tidak disenangi, malah diburu dan diusir oleh masyarakat sekitar.

Di Kabupaten Selayar, Sulsel (Taka Bonerate, Appatana) dan Sulawesi Tenggara (Wakatobi), khusunya wisata bawah air atau wisata bawah laut atau apapun namanya ternyata dikembangkan sendiri oleh “bule” yang awalnya hanya berstatus sebagai touris saja. Pertanyaannya sekarang dari mana sehingga touris tersebut bias mengenal dan tahu bahwa ada Selayar maupun Wakatobi? Jelas dari teknik pemasaran wisata yang dilakukan oleh daerah-daerah tersebut yang tidak lain adalah dengan publikasi yang tidak tanggung-tanggung hingga keluar negeri.

Jadi persoalan sekarang, Sinjai bisa tidak melaksanakan teknik tersebut untuk perkembangan wisata? Saya yakin Kadis Pariwisata mempunyai kemauan untuk itu, tapi jangan hanya MAU dan MAU saja…… (Y-K)


0 komentar: